#VisitBuki Mengenal Imlek, Memahami Keberagaman

4 menit membaca

Angpao dan barongsai merupakan salah dua yang selalu identik dengan perayaan Imlek. Dua hal ini juga yang dibawa oleh Buku Berkaki ke adik-adik Komunitas Belajar Sejahterakan Indonesia (KBSI) untuk merayakan Imlek yang jatuh pada tanggal 28 Januari lalu.

Seperti biasa, kegiatan Visit Buki dimulai dengan membaca buku bersama yang dilakukan para kakak Krucil dengan adik-adik. Setelah kegiatan membaca, Kak Deni bercerita ke adik-adik KBSI mengenai dongeng Imlek. Dongeng ini membawa adik-adik membayangkan kejadian beribu-ribu tahun yang lalu ketika bumi masih dipenuhi oleh ular dan binatang buas. Dahulu, selain ular dan binatang buas, ada makhluk yang sangat besar bernama Nian. Ketika malam tahun baru atau Imlek tiba, si Nian akan muncul untuk melahap manusia. Nian ini selalu menjadi keresahan dan kekuatiran dari penduduk. Tapi kecemasan itu hilang ketika penduduk mengetahui kalau ternyata Nian memiliki satu kelemahan. Nian ternyata sangat ketakutan dan akan menjadi lemas tak berdaya ketika ia melihat warna merah. Wah, menarik juga ya, pantas selain angpao dan barongsai, imlek juga sangat identik dengan warna merah.

Selain cerita tentang Imlek, Kak Deni juga menceritakan kepada adik-adik tentang apa sih angpao itu dan bagaimana sih asal usulnya. Istilah angpao itu sendiri sudah tidak terlalu asing didengar oleh kita, baik etnis Tionghoa ataupun etnis non-Tionghoa. Angpao merupakan sebuah amplop berwarna merah yang biasanya diisi dengan uang. Serupa dengan Nian, dahulu ada setan yang menakutkan yang disebut dengan Sui. Kalau Nian menganggu karena melahap orang, si Sui ini akan menganggu anak-anak kecil yang sedang tertidur sehingga si anak jatuh sakit, meracau dan akhirnya menjadi bodoh. Untuk menghindari kejahilan Sui, salah satu anak kesayangan dari pasangan Guan, diberikan hadiah koin yang dibungkus dengan amplop merah agar menjaga si anak tidak tertidur ketika malam tahun baru. Ternyata ide dari pasangan ini berhasil, si anak terus memainkan koin tersebut dengan membuka amplopnya, mengeluarkan koinnya, memasukkan koinnya dan menutup kembali secara berulang sampai dia tertidur dan Sui tidak dapat mengganggu anaknya. Keberhasilan pasangan ini kemudian diberitakan ke semua tetangga mereka, dan sejak itulah tradisi angpao dimulai.

Asik diceritakan beberapa hal utama tentang imlek, adik-adik KBSI kemudian bersama-sama membuat prakarya. Dengan bahan sederhana dari kertas dan kardus, adik-adik dibantu oleh kakak-kakak Krucil memulai membuat kreasi barongsai mini. Kegiatan pun kemudian diselingi dengan permainan “tangkap ayam” yang diiringi oleh perkusi sederhana oleh kakak-kakak Krucil. Gelak tawa dan keceriaan adik-adik dan kakak Krucil melengkapi keseruan permainan ini. Sebagai penutup, seperti perayaan Imlek pada umumnya, adik-adik KBSI diberikan angpao berisikan cokelat oleh Kak Deni.
“Kemajemukan harus dapat diterima tanpa adanya perbedaan”, salah satu kutipan dari Mantan Presiden RI yang akrab disapa dengan Gus Dur, sangat tepat menggambarkan Visit Buki kali ini. Tanpa melihat perayaan berasal dari etnis apa dan dirayakan oleh etnis apa, perayaan Imlek dengan adik-adik KBSI dan Krucil Buki berlangsung sangat menyenangkan. Sampai jumpa di keseruan Visit Buki lainnya!
When a book walks, a dream works.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Mengenal Golongan Darah di Hari Jadi PMI

Cerita Berikutnya

Peringati Hari Air, Buku Berkaki Ajak Puluhan Adik-Adik Hore Bereksperimen

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya