Catatan Kecil Kampung Dwimulyo

6 menit membaca

Kunjungan semester tim Sajubu di akhir 2015 pun akhirnya harus berlabuh di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, tepatnya di Perpustakaan Anugrah yang terletak di Kampung Dwimulyo, Kecamatan Penawartama sekitar 120 km dari Ibukota Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung.

Mengapa Perpustakaan Anugrah?

Berawal dari kegagalan kordinasi dengan salah satu taman baca yang tak jauh posisinya dari Taman Nasional Way Kambas, kami anggap pihak penanggung jawab belum konsen untuk melakukan pengelolaan taman baca. Sedangkan buku-buku donasi sudah disiapkan baik dari Sajubu sendiri maupun pihak komunitas donatur buku lain seperti Buku Berkaki juga donasi perorangan. Merasa sayang dengan buku yang telah terkumpul, maka saya mewakili tim langsung membuka sistem aplikasi berbasis web milik Sajubu, sisfosajubu.jejaring.org. Mengetik keyword ‘lampung’ pada list perpustakaan dan akhirnya mendapati Perpustakaan Anugrah pada sisfosajubu sebagai salah satu pengaju berstatus non-aktif yang artinya perpustakaan ini belum merima kiriman buku dari Sajubu. Salah satu alasan kuat yang membuat saya harus menghubungi pihak penanggung jawab adalah Perpustakaan Anugrah mencantumkan link video YouTube kegiatan Kemah Perpustakaan yang terlihat menarik juga penghargaan yang diterima.

Tak kurang dua minggu dari jadwal keberangkatan saya baru menghubungi Pak Sutrisno, yang nomornya dijadikan narahubung Perpustakaan Anugrah pada sistem basis data informasi kami. Nasib baik bagi buku-buku yang telah disiapkan, mereka mendapatkan tempat baru di Lampung, Pak Sutrisno menyambut baik niat kedatangan tim Sajubu dan telah mengumumkan antusiasme teman-teman Desa Dwimulyo pada akun facebook di kali pertama kami mengubunginya.

Dari Jakarta ke Tulang Bawang

24 Desember 2015, jam 08.00 pagi para kuli kardus baru lengkap berkumpul di Terminal Kampung Rambutan. Dua tas besar berisi buku-buku yang dibawa oleh kuli kardus Sajubu (Saya, Kak Jeni, Kak Ije, Kak Hilda, Henita) beserta Ibu pun tersimpan rapi di bagasi bis Primajasa Kp.Rambutan – Merak, dilanjutkan dengan Kapal Ferry penyebrangan Selat Sunda, Merak – Bakaheuni. Tiba di Lampung pukul 16.00 WIB dan perjalanan menuju Perpustakaan Anugrah harus dilanjutkan lagi dengan travel sewaan rekomendasi Pak Sutrisno yang katanya sudah fasih daerah tujuan kami. Kurang lebih 250 km jarak tempuh dari Merak menuju Tulang Bawang, dan benar saja saran Pak Sutrisno agar kami memilih travel yang sudah disediakan saja karena sang pengemudi yang belakangan akrab kami sapa Pak Ardi berdomisili Mesuji telah kenal baik dengan tempat yang akan kami kunjungi, karena sebelumnya memang ada pertimbangan untuk menggunakan transportasi umum menuju Tulang Bawang dari Pelabuhan Merak.
pa6

Setelah beberapa kali berhenti, menaksir-naksir jalan dan rumah yang semakin masuk ke dalam perkebunan sawit milik sebuah perusahaan swasta, akhirnya kami berhasil menemukan Rumah Pak Sutrisno yang sekaligus menjadi keberadaan Perpustakaan Anugrah tepat di pukul 12.00 malam. Terlihat wajah lega dari Pak Sutrisno beserta sekeluarga ketika menyambut kedatangan kami, mungkin beliau cemas tamu jauhnya tak kunjung sampai sedari sore. Bukannya langsung istirahat kami justru mengobrol banyak tentang kegiatan perpustakaan dan kehidupan masyarakat di Kecamatan Penawartama, juga hal paling mendasar yang membuat saya penasaran sejak menemukan Perpustakaan Anugrah pada sistem informasi 1 Juta Buku yaitu tautan video Jambore Perpustakaan yang diikuti oleh ratusan siswa-siswi sekolah juga masyarakat sekitar. Mengapa mereka sangat bekerja keras untuk memprakarsai keberadaan perpustakaan ini?

Menuju Kampung Literasi

Berlandaskan cita-cita Kampung Dwimulyo bahwa nantinya akan menjadi kampung yang memiliki masyarakat maju, kreatif, dan mandiri maka hal itu harus diretas dengan adanya akses menuju pendidikan dasar yang lebih baik. Para orangtua dibina baik untuk mengarahkan anak-anaknya agar pergi ke sekolah, dan meyakinkan bahwa para anak mereka tak cukup berhenti di pendidikan sekolah dasar saja.

pa3

 

Kehadiran Perpustakaan Anugrah pada tahun 2011 bagaikan oase di tengah minimnya akses pendidikan bagi warga kampung Dwimulyo. Adalah Bu Insaf Setia sebagai penanggungjawabnya yang juga sebagai Kepala TK di Kampung Dwimulyo, yaitu istri dari Pak Sutrisno selaku orang pertama yang berkomunikasi dengan tim Sajubu. Pak Sutrisno berprofesi aktif di KUPT Dinas Pendidikan Kecamatan Rawa Jitu dan banyak memahami seluk beluk dunia pendidikan di Provinsi Lampung terutama wilayah Kabupaten Tulang Bawang. Selain mereka berdua, ada Pak Ikhlas Setia yaitu kakak kandung dari Bu Insaf Setia yang banyak hilir mudik di dunia pendidikan wilayah Kabupaten Mesuji. Di bawah semangat dan antusiasme mereka bertiga, masyarakat Kampung Dwimulyo digiring untuk menuju kampung literasi yang aktif dan mandiri hingga pada tahun 2015 kemarin akhirnya Perpustakaan Anugrah dinobatkan menjadi Perpustakaan Terbaik di Kabupaten Tulang Bawang dan berhasil menyabet sebagai Juara I dalam Lomba Perpustakaan Desa tingkat Provinsi Lampung.

Semangat Baru

pa2

Kedatangan Sajubu yang disambut baik oleh semua pihak mulai dari anak-anak, bapak ibu hingga para pemangku kepentingan di Desa adalah bukti bahwa cita-cita mereka tidaklah main-main. Pengorbanan waktu, materi, dan lainnya membuat tersadar bahwa yang kami lakukan belum apa-apa, sejauh mana makna relawan yang telah melekat dalam diri para pegiat literasi. Dalam lamunan sempat mengingat kawan-kawan Buku Berkaki, Hibah Buku, Buku Untuk Papua, Buku Bagi NTT, dan Sagu Maluku yang selama ini banyak berkegiatan bersama Sajubu. Banyak kenyataan diluar sana yang menyatakan bahwa belum saatnya kita berhenti, karena boleh jadi semangat yang kita sampaikan lewat buku-buku yang dikirimkan itu menjadi bahan bakar baru bagi mereka yang sedang berjuang di kampung-kampung, pada setiap sudut desa di berbagai wilayah Indonesia demi masa depan adik-adik kita menuju bangsa yang lebih bermartabat.

Tabik!

Novita Anggraini

Kuli Kardus Sajubu

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Perpustakaan Komunitas Sebagai Utopia Nyata

Cerita Berikutnya

Jelajah Origami Laut di Rawamangun

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya