Peringati Hari Air, Buku Berkaki Ajak Puluhan Adik-Adik Hore Bereksperimen

7 menit membaca

Hari Sabtu, hari di mana biasa dihabiskan oleh sebagian penduduk Jakarta untuk melepas kejenuhan dari rutinitas sehari-hari, namun ada yang spesial di hari sabtu kemarin. Saya untuk pertama kalinya menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal bermanfaat berkumpul bersama komunitas Buku Berkaki (Buki). Sekitar pukul 10.00 pagi, tanggal 18 Maret, hari pertama saya mengikuti kegiatan rutin Visit Buki, saya dan tiga teman Buki yang lain pergi mengunjungi adik-adik dari Taman Baca Hore yang terletak di jalan Patra, Kebon jeruk. Setelah bertemu di halte depan mall Taman Anggrek, kami berjalan dari sekolah Abdi Siswa menuju lokasi. Sesampainya di lokasi, kami langsung disambut dengan antusias oleh adik-adik dari Taman Baca Hore yang usianya beragam mulai dari umur 2 tahun sampai yang sudah menempuh sekolah menengah.

Di tengah teriknya matahari, celoteh polos adik-adik Hore dan ketertarikan mereka membaca membuat pengurus dan relawan (krucil) Buki semakin bersemangat untuk bermain dan belajar bersama mereka. Didampingi pengurus dari taman baca Hore, Buku Berkaki melakukan serangkaian kegiatan yang terbagi menjadi 4 sesi, yaitu membaca buku bersama, melakukan percobaan sains, permainan, dan terakhir ditutup dengan pembacaan dongeng oleh Kak Ale.

Ketika sesi membaca bersama, adik-adik Hore langsung menyerbu buku-buku yang dibawakan oleh kakak-kakak Buki. Di sana, kakak-kakak Buki membacakan buku cerita untuk adik-adik yang masih kecil dan belum bisa membaca. Sementara itu, beberapa adik Hore yang sudah pandai membaca tampak asik sendiri dengan buku yang mereka pilih. Adik-adik laki-laki sebagian besar memilih membaca komik sedangkan yang perempuan senang dengan buku cerita bergambar dan dongeng. Setelah selesai membaca, panitia dari Buki mengajak adik-adik untuk menceritakan kembali apa yang sudah mereka baca di depan teman-temannya. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih keberanian dan mengasah daya ingat adik-adik. Dari beberapa anak yang maju kedepan, saya memperhatikan ada satu anak yang sangat hafal dengan cerita di dalam buku yang dipilihnya dan terlihat menikmati saat dia bercerita. Saat itu, terbesit perasaan salut dalam hati saya karena tak semua anak seumurannya berani dan dapat tampil dengan sebegitu tenang dan percaya dirinya di depan publik.

 

Kegiatan story telling ini dilanjutkan dengan percobaan sains bersama Kak Ryan, salah satu krucil Buki. Mengusung tema hari air, Kak Ryan mengajak adik-adik mempelajari cara kerja filter air kotor menjadi air bersih. Memanfaatkan botol aqua besar bekas, kain kasa, areng, pasir dan bahan-bahan lainnya, adik-adik bersama Kak Ryan mencoba menyuling segelas air kotor. Sembari melakukan percobaan ini, Kak Ryan dan kakak-kakak Buki yang lain pun tak lupa menyelipkan beberapa pesan seperti betapa penting nya air untuk kehidupan dan pergunakanlah air dengan bijak. Kak Ryan juga menjelaskan kepada adik-adik bahwa proses penyulingan ini bisa berlangsung 3-5 kali. Setelah 5 kali penyulingan, sim salabim… air yang tadinya hitam pekat menjadi lebih jernih.

 

Tak berhenti dengan percobaan ini, kak Reni, salah satu krucil Buki, mengajak adik-adik mengenal siklus air, mulai dari evaporasi sampai limpasan dan adik-adik tampak menyimak dengan baik penjelasan Kak Reni. Untuk memastikan materi siklus air ini tersampaikan dengan baik, adik-adik Hore yang terbagi menjadi 4 grup yang didampingi krucil Buki bermain puzzle mengurutkan gambar siklus air berdasarkan materi yang telah dijelaskan oleh kak Reni. Kami berlomba menyelesaikan puzzle tersebut secepat mungkin dengan urutan yang paling tepat dan permainan kali ini berhasil dimenangkan oleh grup 4.

Masih terdengar suara riuh adik-adik yang masih semangat, acara ditutup dengan sesi pembacaan dongeng oleh Kak Ale. Kak Ale bercerita tentang seekor semut yang harus mencari makan sendiri sejak kecil. Pada awalnya si semut kecil tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk mencari makan. Ia sempat berpikir bagaimana mungkin seekor semut kecil seperti dirinya bisa mencari makan sendiri. Namun demikian, kakek si semut terus menyemangati si semut kecil untuk berani pergi mencari makan. Ditemani dengan kakaknya bersama gerombolan semut lain di tengah hujan yang lebat, sang semut akhirnya dapat membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu mencari makan sendiri, hal yang sebelumnya dianggap mustahil olehnya. Cerita ini mengajarkan adik-adik untuk menjadi pemberani dan pantang menyerah dalam menghadapi kehidupan.

 

Di akhir pembacaan dongeng, tak lupa kak Icha selaku ketua Buku Berkaki mengajak adik-adik untuk menabung bacaan. Adik-adik diharapkan membaca sebanyak-banyaknya buku, meringkas kembali apa yang mereka baca dikertas dan memasukan kertas tersebut kedalam toples tabungan.

Tak terasa seluruh agenda hari itu sudah dijalankan dan tiba saatnya untuk berpisah. Sebelum pulang, adik-adik berbaris rapi untuk absen dan berpamitan dengan kakak-kakak dari Komunitas Buku Berkaki dan pengurus Hore. Melihat kembali dari runtunan acara pada hari itu banyak pesan moral yang dapat saya ambil. Kita harus bersyukur karena masih bisa berbagi dan bergembira dengan orang lain. Selain itu, dengan mengangkat tema air, diharapkan kita bisa saling mengingatkan kepada sesama akan pentingnya air bagi kehidupan. Dan betapa besar dan pemurahnya Tuhan yang telah menyediakan air gratis di alam ini untuk kita. Kegiatan siang itu juga dimanfaatkan sebagai ajang mempererat persaudaraan dengan taman baca Hore dan sesama anggota Buki dan tentunya meningkatkan minat baca Indonesia sejak usia dini.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

#VisitBuki Mengenal Imlek, Memahami Keberagaman

Cerita Berikutnya

#VisitBuki Al-Qi Edisi Hari Kesehatan Dunia

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya