#RabuBacaBuku: Kisah Kota Kita

1 menit baca

‘Put yourself in someone else’s shoe’, begitu bunyi pepatah negara barat yang mengajarkan kita untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Kenapa harus ‘melihat dari sudut pandang orang lain’? Memangnya apa yang membuat melihat dari sudut pandang diri sendiri tidak cukup? Tentu saja bisa cukup…

…kalau kita lahir ke dunia, dimana kita adalah satu-satunya makhluk hidup.

Namun sayangnya—atau malah beruntungnya, kita terlahir di bumi yang berisi berbagai makhluk hidup (bayangkan betapa mengerikan tinggal di dunia tanpa tumbuhan, hewan dan manusia lain!), dimana interaksi satu sama lain menjadi tak terelakkan, dan setiap sikap dan tindakan yang kita ambil membawa dampak pada makhluk lain. Itulah yang berusaha diajarkan buku Kisah Kota Kita ini pada anak-anak lewat cerita dan gambar-gambarnya yang menarik.

Buku yang disusun oleh Watiek Ideo & K. Wardhani ini mengajak anak-anak untuk ‘berdiri di sepatu orang lain’ dengan ceritanya yang menggunakan tokoh-tokoh seperti pohon, hewan, bahkan air, gedung dan angkutan umum dalam sudut pandang orang pertama. Anak-anak diajak untuk berimajinasi menjadi pohon yang dirusak, menjadi angkutan umum yang diganggu kendaraan pribadi yang egois, bahkan menjadi gedung tak terawat! Selain itu, buku ini juga mengenalkan anak-anak terhadap nama-nama tempat dan benda yang ada di sekitar kota. Benar-benar bacaan yang tepat untuk anak-anak yang tinggal di kawasan perkotaan!

Yuk datang ke #PerpusBuki sabtu ini dan jelajahi aneka buku yang dapat kalian baca di sana. Jadi kamu ingin baca buku apa nih pekan ini?

#RabuBacaBuku

bukuberkaki

Ini adalah semacam gerakan sosial. Layaknya kaki, maka pasti hubungannya dengan jalan-jalan. Jalan-jalannya dari panti ke panti. Nah, yang jalan-jalannya adalah bacaan gratis.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Annisa Paramita Menjalankan Kembali Buku Berkaki

Cerita Berikutnya

Dari Tepuk Sederhana Membawa Kebahagiaan

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya