/

Belajar Bahasa Bareng Adik-adik Indocharity

3 menit membaca

Bahasa sungguh luarbiasa. menghasilkan  jutaan kata dengan arti yang berbeda, dari Aceh sampai Papua, dari Eropa sampai Antartika. Melahirkan banyak istilah, idiom, konsep dan teori yang akhirnya saling memengaruhi satu sama lain dan menipiskan batas perbedaan wilayah dan SARA. Dalam konteks ini suka atau tidak terjadi infiltrasi kata-kata, untuk kemudian terasimilasi sebagai bahasa di wilayah pribadi.

Di Hari Bahasa kali ini, Buki berkunjung ke Rumah Belajar Indocharity (Ichi) di daerah Kalibata, Jakarta Selatan, bertegur sapa dengan adik-adik dengan berbagai kegiatan. Pembukaan diawali dengan bernyanyi bersama lagu Indonesia Raya 3 Stanza oleh Kak Ali. Kemudian dilanjut menyanyikan lagu anak bareng kak Meyer dan sampailah di tahap belajar yaitu pengenalan bahasa Indonesia yang benar dan tulis sambung oleh kak Vira serta dilanjut mengenal bahasa Mandarin oleh kak Deni.

Menurut saya pribadi, memahami kata dan bahasa di luar dari bahasa Ibu dan bahasa Nasional adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa lagi dibendung. Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah di depan mata. Lintas batas wilayah dan ekonomi jelas beririsan dengan komunikasi, dan bahasa adalah parameter utama di dalamnya. Kita tentunya menginginkan generasi penerus yang jauh lebih baik. Oleh sebab itulah belajar bahasa ini sangat penting

Sampai di tahapan inilah saya melihat antusias adik-adik Rumbel Ichi yang luar biasa. Akhirnya saya temukan sebuah makna krusial dari kata belajar, bahkan dari anak-anak Rumbel Ichi saya belajar sesuatu. Iya, belajar adalah proses memahami segala sesuatu, menemukan berbagai aspek pengetahuan atas dasar ketidaktahuan sebelumnya. Bahkan termasuk juga kerancuan berpikir dan bertindak. Contohnya apa yang kita sebelumnya yakini benar dan kemudian hari kita temukan fakta yang berbeda dan mengubah pandangan kita. Itulah yang disebut proses! Teringat kata Aerosmith di lagu Amazing, “Life is a journey not a destination”. Hidup ini adalah perjalanan dan bukan tujuan akhir. Mereka bukan hanya belajar bahasa,tapi di setiap proses belajar itu ternyata mereka sedang mengajarkan kita tentang bagaimana menghidupkan hidup.

Adakalanya kita begitu dekat dengan sahabat. Ada waktunya kita bertengkar hebat, namun di banyak waktu kita selalu berjabat tangan erat dan berpeluk hangat. Saat situasi carut-marut, cobalah mengingat saat tertawa bersama. Saat berbeda pendapat, cobalah menyimak sejenak, lihatlah sesederhana itulah anak-anak ini bagaimana mengAjarkan sesuatu kepada kita. Apapun masalah yang kita hadapi,

Disederhanakan saja ‘rasa’-nya,

Disederhanakan saja ‘pikir’-nya,

Disederhanakan saja ‘tindakan’-nya.

Akan kita warnai apa kehidupan ini?

Entahlah, bisa putih seperti halnya salju atau gelap total hitam pekat.

Tapi kali ini Buku Berkaki bersama Rumbel Ichi lebih memilih mewarnainya dengan pelangi yang bias cahayanya terspektrum indah. Tentu pasca rinai hujan.

When a book walk a dream work.

**

F. Windya W
Krucil Buku Berkaki

bukuberkaki

Ini adalah semacam gerakan sosial. Layaknya kaki, maka pasti hubungannya dengan jalan-jalan. Jalan-jalannya dari panti ke panti. Nah, yang jalan-jalannya adalah bacaan gratis.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Mengintip Bale Sinau

Cerita Berikutnya

Yuk, Belajar Bahasa Ibu Lagi

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya