//

#BUKIFUNtastic4

8 menit membaca

Akhirnya hari itu tiba juga, Sabtu 3 Oktober 2015. Hari yang sudah kami rencanakan untuk merayakan Hari Ulang Tahun Buku Berkaki yang ke 4. Acara yang bertajuk #BUKIFUNtastic4. Segala hal sudah kami persiapkan, mesti dengan segala keterbatasan, Alhamdulillah acara tetap bisa berjalan.

Pukul 08.30 adik-adik dari Al-Muanah, SB Pejaten, Rumberraw  dan Yanatel sudah berkumpul di ruang Kids Corner di Museum Nasional dipandu kak Eli. Setelah mendapat pengarahan, adik-adik pun asyik melukis kendi. Adik-adik yang perempuan kebanyakan memilih menggambar bunga, sementara yang laki-laki menggambar abstrak. Beragam ekspresi tergambar di wajah ketika menggambar, ada yang serius banget lho. 😀

Setelah asyik mengambar di media kendi, mereka duduk rapi menghadap pak Dahono yang menjelaskan proses membatik. Dengan sabar pak Dahono menerangkan jenis-jenis batik, canting, dan malam. Beberapa adik diajak mencoba membatik. Ada yang meluber, ada yang gemetaran, ada juga yang rapi hasil batiknya.

Puas belajar membatik, adik-adik diajak berkeliling museum. Rombongan pun dibagi dua, Al-Muanah dan Rumberaw berkeliling museum dipandu kak Ria. Rombongan Yanatel dan SB Pejaten dipandu kak Indra dari komunitas Aleut. Kak Ria menceritakan kisah patung Ganesha, dengan serius adik-adik mendengarkan. Kak Ria juga menjelaskan celengan babi, manusia purba, wayang, juga Dewi padi. Setiap penjelasan dicatat dengan baik oleh adik-adik.

Berkunjung ke museum memang menyenangkan. Tak lupa kami berfoto di depan museum.

bukifuntastic4_featured

 

Perjalanan selanjutnya, kami menuju Monas dengan berjalan kaki. Adik-adik berbaris rapi melangkah ke Monas sambil menyanyikan yel-yel. Beberapa turis asing yang sedang naik delman, melambaikan tangan ke arah kami. Beberapa orang pun memotret kami dari dalam halte trans Jakarta, keberadaan kami berjalan beriringan sambil memegang tali raffia memang sedikit menarik perhatian hihihi…

Tiba di Monas cuaca sangat terik, dan berangin, selain itu juga ada banyak orang yang bersiap demonstrasi, entah demonstrasi soal apa. Akhirnya kami hanya berkumpul di bawah pohon, sambil mendengarkan kak Indra yang menceritakan sejarah Monas dan Istiqlal.

Karena adik-adik sudah terlihat lelah, akhirnya kami membatalkan rencana ke Masjid Istiqlal, kami memutuskan untuk langsung menuju perpus BUKI di Museum Kebangkitan Nasional. Sebelum berangkat, foto dulu di depan Monas 😀

Setelah beristirahat sejenak di perpus, sambil makan siang dan sholat, adik-adik diajak berkeliling Museum Kebangkitan Nasional. Oiya sebelum berkeliling, mereka diajak menonton film sejarah organisasi Boedi Oetomo dan STOVIA. Dulunya museum ini adalah sekolah kedokteran. Mayoritas orang Jawa yang bersekolah di sini.

Selesai menonton film, rombongan kembali dibagi dua. Rombongan Rumbelraw dan Al-Muanah dipandu kak Sabah berkeliling museum. Sedangkan rombongan Yanatel dan SB Pejaten dipandu kak Indra. Mereka antusias sekali mendengar penjelasan. Terutama ketika diterangkan alat pemecah kepala di ruang kedokteran. Puas berkeliling museum, adik-adik diajak bermain-main. Pertama, mereka dibagikan sejumlah kertas berisi angka 1 sampai 10. Adik-adik diajak menghitung cepat dan berlomba mengumpulkan nilai tertinggi. Sempat terjadi keributan ketika kak Ali dikejar sejumlah adik saat menyerahkan angka hasil hitung cepat :)) Gelak tawa terdengar riuh di ruangan. Seperti kunjungan sebelumnya ke SAAJA, kali ini adik-adik juga diajak berlomba memilah warna dengan menggunakan sumpit. Kali ini Yanatel yang menjadi juaranya! Adik-adik juga diajak mengenal permainan tradisional dari kayu dan batok kelapa. Seru sekali melihat mereka berlomba berjalan menggunakan batok kelapa yang diikat dengan tali. Pemandangan ini seperti melihat perlombaan Agustusan. Selesai bermain, adik-adik diajak kembali ke ruangan perpustakaan BUKI. Ada yang masih penasaran dengan permainannya, mereka masih berusaha menggunakan bakiak menuju perpus! :))

Tiba di perpus, ternyata ruangan telah dihiasi balon-balon. Rupanya, selama kami berkeliling, sebagian krucil sibuk mendekor ruangan. Keren!

Sebagai ketua BUKI, Kak Ali memberikan kata sambutan. Ia berbagi kisah inspiratif kepada adik-adik agar rajin membaca dan terus belajar. Banyak ilmu bisa didapat melalui buku.

Adik-adik dari Rumberaw ternyata menyiapkan kejutan buat BUKI, mereka menari Bungong Jeumpa, tarian khas Aceh. Mereka ini juara 1 lomba tari di acara Pesta Anak Merdeka di FX bulan Agustus lalu, lho. Terima kasih, adik-adik yang cantik. Semangat terus latihan narinya, ya! Sebarkan terus kebudayaan tradisional Nusantara!

Perayaan ulang tahun tak lengkap tanpa acara tiup lilin dan potong kue. Diiringi lagu Selamat Ulang Tahun, para pengurus meniup lilin, adik-adik pun ikut serta. Kue ulang tahun yang cantik pun dipotong dan dibagikan ke adik-adik. Acara ditutup dengan pembagian goodie bag kepada adik-adik. Terima kasih adik-adik, sudah berbagi keceriaan di ulang tahun BUKI. Terima kasih para donatur dan krucils yang sudah membantu terlaksananya acara #BUKIFUNtastic4 ini. bukifuntastic4_1 Semoga kedepannya BUKI terus dapat melangkah memberi akses bacaan gratis bagi anak-anak di Nusantara. When a book walks, a dream works.

Siti Qomariyah

Penulis adalah Krucil yang suka menggambar dan corat-coret kegiatan Buki.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Sejuta Semangat di Sekolah Jalanan

Cerita Berikutnya

Virus Buki Menyebar Sampai Tak Terhitung

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya