/

Impian di Lembar Kertas

5 menit membaca

Bermimpilah setinggi langit, Jika engkau jatuh engkau akan jatuh diantara bintang-bintang

-Soekarno

Saya suka sekali kutipan itu. Setiap orang memang memiliki hak untuk bermimpi,Β  kaya atau miskin, muda atau tua, yang pintar atau yang masih belajar, semuanya bebas bermimpi tanpa ada dinding yang menjadi pembatasnya. Saya yakin setiap orang di dunia ini punya mimpi, sebagian orang telah berhasil meraihnya dan sebagiannya lagi gagal mencapainya Β mencoba melupakan semua mimpi-mimpinya itu. Yang menjadi masalah besar disini sebenarnya adalah ketika seseorang mencoba melupakan semua impiannya karena takut untuk melawan mimpi-mimpinya sendiri.

Saya sering mendengar beberapa orang telah berhasil mencapai mimpi-mimpinya karena perjuangan besar yang Ia lewati untuk impiannya itu. Tapi tahu kah? Sebagian besar dari mereka berhasil meraih mimpi-mimpinya dengan menuliskan impian-impian mereka, karena goresan tinta di atas kertas lebih ajaib dibandingkan ingatan manusia yang terbatas untuk mengingat semua mimpi-mimpi itu.

Dan kali ini saya sangat beruntung karena dapat membaca mimpi beberapa adik-adik saat #visitbuki #5hareHappiness di Jogja dan Klaten, 3-4 September 2016 lalu. Buku Berkaki membuat program β€œMenulis Kebahagiaan, Impian dan Harapan” untuk membantu adik-adik mengingat kebahagiaan dan impian mereka yang harus diwujudkan.

Kunjungan pertama di hari pertama, saya sebagai salah satu Krucil Buku Berkaki ikut menyambangi Rumah Girlan Nusantara di daerah Ledoksari-Bokoharjo, Sleman, Yogyakarta. Rumah Girlan ini adalah sebuah yayasan sosial bagi kaum marjinal, sebagian dari mereka adalah anak-anak dan remaja yang hidup berkeliaran di jalanan. Anak-anak asuhan Pak Priyono ini tampak kuat dari luar saja, berpenampilan menakutkan dengan tindikan dan tato di badan, tapi sebenarnya yang saya lihat mereka sangat rapuh di dalam karena keputusasaan. Mereka memiliki hati yang lembut yang Ia persembahkan untuk Pak Priyono, seseorang yang telah memberikan cinta kasihnya pula untuk mereka (anak-anak asuhnya).

Seperti yang saya bilang sebelumnya, semua orang di dunia ini pasti punya mimpi. tak terkecuali dengan Anak-anak Rumah Girlan Nusantara asuhan Pak Priyono ini.

Salah satunya adalah Mita (14), kesukaannya bermain dokter-dokteran sewaktu kecil membuatnya bercita-cita untuk menjadi seorang dokter, namun sayangnya cita-cita itu ia kubur dalam-dalam karena keputusasaan. entah apa yang membuatnya putus asa. Tapi yang jelas semua belum terlambat bukan? Masih bisa diperbaiki, masih bisa terus belajar lagi untuk mencapai semua cita-cita itu. Ia dan teman-temannya lantas menuliskan tentang masa kecil, keluarga, hal-hal yang disukai, tempat bermain dan tentunya tentang cita-cita. Ajakan menulis ini diharapkan supaya mereka yang lupa dengan impiannya, bisa mengingat kembali apa yang ingin ia capai dan apa yang harus ia lakukan untuk mencapai cita-cita itu. Tanpa batasan dan keputusasaan, karena kita bebas untuk bermimpi dalam goresan tinta.

featured_intan_5hare
Pop Up Book buatan Pak Rendra

Kunjungan kedua dilanjutkan dengan mengunjungi Taman Baca Studio Biru di Dusun Ripungan, Prambanan-Yogyakarta. Di sana adalah sanggar anak dan taman baca pimpinan Pak Rendra. Sanggar yang mulanya adalah penampungan anak-anak ketika terjadi gempa Yogyakarta pada 2006 silam itu kini juga difungsikan menjadi taman bacaan yang super inspiratif. Anak-anak di sana disuguhi berbagai berbagai macam buku, bahkan mereka diberi keterampilan untuk membuat buku pop up yang keren banget.

Seperti namanya, Taman Baca Studio Biru berharap anak-anak didiknya menyukai buku untuk bisa berpengetahuan luas dan dapat mencapai cita-cita yang tinggi. Adik-adik juga sangat antusias, meski ada yang belum pandai menulispun. Mereka juga turut serta dengan bantuan Kakak-kakak Krucil.

Kunjungan terakhir pada hari pertama adalah di TPA Darul Haq desa Sembung, Klaten. Acaranya dimulai dengan bermain games, olah raga senam, nonton film dan tentunya β€œMenulis Kebahagiaan, Impian dan Harapan”. Setelah menulis, adik-adik juga membacakan karya yang mereka tulis. Di sana juga ada seorang adik perempuan yang menarik perhatian para Krucil ketika sebagian tulisannya itu ditulis dengan menggunakan bahasa inggris. Rupanya dia bercita-cita untuk menjadi guru bahasa Inggris. Mengagumkan bukan?

Menulis, sejatinya adalah cara paling sederhana untuk mewujudkan mimpi-mimpi.

When a book walks, a dream works.

Intan H Nasution

Professional dreamer || Agent of Neptunus non Aquarius d(^,^)b || Information Technology Student || Love eat, Love food, Loving You

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Berbagi Harapan di Hari Kemerdekaan

Cerita Berikutnya

Mengenal Golongan Darah di Hari Jadi PMI

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya