//

Mengalirlah Laksana Sungai Lematang

6 menit membaca

1 April 2016

Setelah proses panjang, -kurang lebih 3 bulan bergerilya, yang menguras keringat dan pikiran, tiba saatnya kami yang terdiri dari  1 Juta Buku Untuk Anak Indonesia (Sajubu), Buki, dan Hibah Buku, serta Independen dari 1N3B (1 Nusa, 1 Bangsa, 1 Bahasa, 1 Bumi) akhirnya berangkat menuju Desa Merapi yang ada di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Keberangkatan yang diselingi sedikit drama di Bandara Soekrano-Hatta karena pada menit-menit akhir baru bisa check-in akibat harus menunggu beberapa teman yang terjebak kemacetan. Meski harus berhadapan dengan puluhan tatapan mata di dalam pesawat, akhirnya kami merebahkan diri di kursi pesawat sekitar pukul 9:30 malam.

Satu jam kemudian, pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan sempurna di Bandara Sultan Badaruddin Mahmud II. Cuaca malam itu memang agak kurang bersahabat. Nah, kelelahan kami berlanjut seraya menembus gelapnya malam untuk sampai ke Desa Merapi. Berapa jam perjalanan kami? Coba tebak, Kak? Benar sekali, Kak. 5 jam! Terang saja, begitu mobil jemputan kami tiba, kami memohon izin kepada Pak Sopir untuk undur diri pamit rehat. Maafkan ya, Pak. Sungguh kami tamu yang kurang ajar.

Sabtu, 2 April 2016

Konon, setiap akan menghadapi sebuah kegiatan besar, bisa dipastikan kamu tak kan bisa tidur nyenyak.  Begitulah yang terjadi saat tiba di mes milik PT. Muara Alam Sejahtera, kami hanya memejamkan mata dalam hitungan jam saja karena harus bersiap ke lokasi Rumah Baca yang akan diresmikan. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Pembagian tugas pun sudah didapat. Ada yang bertugas membersihkan lokasi, mengangkat, dan menyusun buku-buku yang sudah lebih dahulu sampai di Lahat. Atau ada juga yang sibuk dengan simulasi beberapa permainan sains yang akan dipertontonkan pada adik-adik di Desa Merapi saat acara. Semua dilakukan dengan riang gembira sambil bercanda satu sama lain. Dibantu oleh pemuda Karang Taruna Desa Merapi, Rumah Baca yang diberi nama Humah Mbace Ayek Lematang ini telah siap saat waktu menunjukkan tengah hari. Kerjasama dan kordinasi yang baik membuat segala sesuatu menjadi mudah dan gampang. Walau baru kali pertama bertemu, tapi kami bersama pemuda setempat seperti sudah sering bertemu. Segala sesuatu kalau dikerjakan bersama akan terasa lebih mudah bukan? Mie tumis, bakso, jus ketimun, dan nasi goreng menjadi penutup hari yang panas.

Minggu, 3 April 2016

Hari persemian pun tiba. Humah Mbace Ayek Lematang secara harfiah adalah Rumah Baca Air Lematang. Lematang adalah nama sebuah sungai yang melintasi Desa merapi, Kabupaten Lahat. Di sekitar sungai ini terdapat 2 bukit dan 1 gunung: Bukit Besar, Bukit Jempol/Telunjuk, dan Gunung Dempo. Menurut kisah masyarakat setempat, ketiga tempat ini merupakan saudara yang tak terpisahkan. Sayangnya, Bukit Telunjuk dan Gunung Dempo sering bertengkar karena iri dan dengki satu sama lain. Bukit Besar berusaha melerai, namun selalu gagal. Akhirnya sebuah panah dari Dempo berhasil mengenai Bukit Telunjuk hingga bentuknya tidak seimbang, dari sisi lain kadang mirip jempol, lain sisi kadang percis telunjuk.

Pagi itu, kami mengecek kembali segala sesuatu yang dibutuhkan. Acara pun tiba ketika puluhan adik-adik dari berbagai sekolah sudah tiba di halaman Humah Mbace yang sudah disulap cantik dengan panggung sederhana.  Adik-adik kemudian digiring ke halaman sekolah yang tak jauh dari lokasi acara. Ragam permainan sains pun dimulai,  mereka dibagi menjadi 6 kelompok kecil. Mereka kemudian bergantian mengunjungi 5 posko yang dijaga oleh kakak-kakak yang telah siap mempraktekan setiap sains yang disiapkan. Ada kapal otok-otok, gunung meletus, belajar melihat binatang kecil lewat mikroskop, ruang hampa udara, dan ditutup dengan roket air.

Walaupun Desa Merapi panasnya luar biasa, ternyata tak menyurutkan semangat kami sehingga semua berjalan lancar dan penuh kegembiraan. Acara puncak peresmian Humah Mbace Ayek Lematang pun tak kalah meriah. Diresmikan oleh owner PT. Muara Alam Sejahtera yang merupakan sponsor tunggal untuk kegiatan ini. Di panggung, nampak Bagus dan Anggun, dua anak Desa Merapi menyanyikan lagu daerah dengan sangat merdu.

1040 buku terkumpul untuk Humah Mbace Ayek Lematang. Semoga makin bertambah banyak bukunya. Semoga keberadaan rumah baca ini berdampak positif bagi masyarakat Desa Merapi, khususnya anak-anak. Kemudian makin banyak generasi penerus bangsa yang berminat baca tinggi, cerdas, dan sukses. Selain itu, manfaatnya pun akan terus mengalir bagi masyarakat luas sebagaimana Sungai Lematang yang tak pernah surut.

Berat rasanya meninggalkan Lahat. Meninggalkan Humah Mbace Ayek Lematang, bahkan anak-anak yang sangat antusias itu. Semoga jika ada umur panjang bisa bertemu lagi. Kami titipkan Humah Mbace Ayek Lematang dan masa depan Lahat di pundak kalian; Pak Evan, Della, Yosi, Ardi, Tami, dan seluruh generasi muda Lahat.

Tuhan pemilik semesta selalu beserta kita semua.  When a book walks, a dream works.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Siram-siram, Tanam-tanam

Cerita Berikutnya

Gembira Raih Cita Bareng Bilik Pintar

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya