/

#VisitBuki Kampung Dao: Belajar Bahasa Isyarat Itu Gampang

5 menit membaca
Mengenalkan istilah dan bahasa isyarat

“Wah, udah lama juga ya ngga ikut acara Buki.” gumam saya waktu melihat poster #VisitBuki ke Kampung Dao tanggal 3 Desember 2017. Walaupun sebenarnya selama setahun terakhir baru tiga kali hadir di acara Buki, sih. Tanpa pikir panjang, saya pun akhirnya langsung mengabari Kadek, teman saya yang mengenalkan saya pada Buku Berkaki ini untuk ikut ke acara yang bertemakan disabilitas ini. Yap, saya pun juga baru tahu kalau ternyata tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Disabilitas Internasional.

Singkat cerita, pagi itu pun kami bertemu di Stasiun Jakartakota sebagai meeting point, karena saya dan Kadek pun tidak tahu persisnya lokasi Kampung Dao ini di mana. Agak terkejut waktu pertama diinstruksikan untuk naik jemputan berupa sepeda motor, dan boncengan bertiga pula dengan Kadek! Tak sampai di situ, kami makin terkejut saat sepeda motor yang kami naiki berbelok ke jalur rel kereta. Ya, tepatnya jalur KRL Jakartakota – Kampungbandan. Dan kami pun tak sekedar menyeberang rel seperti yang saya kira, melainkan menyusuri jalur kereta tersebut dan cukup lama juga, karena jalur kereta inilah satu-satunya akses menuju Kampung Dao. Kadek pun sempat bertanya,

“Ini kalau tiba-tiba ada kereta, gimana?”
“Udah tau jam-jamnya, sekarang lagi di jalur sebelah, nanti lewat.”

Saya berpikir, mobilisasinya saja sudah punya cerita tersendiri, bagaimana acaranya nanti? Tentunya lebih seru dong!

Akhirnya tiba di lokasi!

Akhirnya kami pun sampai di lokasi yang dituju, tepatnya di sebuah bangunan masjid yang sedang direnovasi, karena sekitar bulan September lalu sempat terjadi kebakaran di Kampung Dao, dan masjid ini kena dampaknya. Di ruangan berbentuk persegi panjang dan beralaskan terpal biru itu telah hadir adik-adik kita berjumlah kurang lebih 35 anak sedang bercengkrama dengan kakak-kakak krucil yang telah lebih dulu tiba, tentunya dengan jemputan yang sama dengan yang saya ceritakan tadi.

Acara pun dimulai oleh Saya dan Kadek yang pada hari itu bertugas sebagai MC, walaupun sebagian besar pekerjaan diemban Kadek, karena saya tidak berpengalaman. Hehe. Seperti biasa, agenda pertama #VisitBuki ialah membaca bersama. Di sini adik-adik yang sudah berkumpul dibagi menjadi lima kelompok dengan masing-masing kakak krucil pembimbing untuk membaca buku-buku yang sudah disediakan. Setelahnya, kami pun mengajak beberapa adik-adik untuk berbagi bersama teman-teman lainnya untuk bercerita mengenai buku apa yang tadi sudah mereka baca.

Acara dilanjutkan dengan pengenalan istilah-istilah disabilitas kepada adik-adik, seperti tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna daksa, serta istilah-istilah lainnya. Selain itu, Kak Ocha dan Kak Rani juga mengajarkan simbol-simbol di fasilitas umum bagi para penyandang disabilitas, seperti tanda pada tempat duduk khusus di KRL, jalur setapak di stasiun dan trotoar bagi penyandang tuna netra, serta penanda toilet dan tanjakkan pengganti tangga untuk kaum tuna daksa. Antusiasme adik-adik Kampung Dao pun terlihat jelas tatkala di akhir sesi ini kami mengajak mereka untuk menjelaskan ulang informasi-informasi yang telah disampaikan.

Tiba saatnya di agenda terakhir, yakni belajar bahasa isyarat. Pada sesi ini, kami menghadirkan langsung Kak Fajar dan Kak Wiwi dari Rumah Komunitas. Dan kebetulan sekali kami bertemu dengan Selvi, salah satu peserta dari Kampung Dao ini yang menyandang tuna rungu. Kak Fajar dan Kak Wiwi pun mengajak Selvi dan teman-teman lainnya untuk belajar bagaimana cara perkenalan diri, mengenal alfabet dan angka, menunjukkan waktu, dan hal-hal menarik lainnya.

Tak terasa, waktu pun menunjukkan pukul 12 siang, acara pun kami tutup dan dilanjutkan dengan berfoto bersama. Namun, keseruan kami tak sampai di situ. Seusai shalat zuhur, kami masih bercengkrama dengan beberapa adik-adik Kampung Dao sebelum akhirnya berpisah.

Beranjak dari Kampung Dao, kami memutuskan untuk mengambil rute yang dipakai Kak Erwan, yakni jalan kaki menuju Stasiun Kampungbandan yang katanya lebih dekat. Sedikit deg-degan juga saat menyusuri jalur KRL pada siang hari itu, dan benar saja, ada KRL yang melintas! Untungnya kami masih bisa jalan di jalur sebelahnya. Saat sudah mendekati Stasiun Kampungbandan, kami pun berbelok ke jalan setapak, melewati tempat pembuangan hingga akhirnya sampailah di Stasiun Kampungbandan.

Foto rame-rame!

Sekian keseruan #VisitBuki untuk memperingati hari disabilitas kali ini. Sampai jumpa di acara Buki selanjutnya!

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Sabtu Bersama Buku Berkaki

Cerita Berikutnya

#RabuBacaBuku: Edutivity, Warna-Warni Nusantara

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya