/

Terbentuk di Jambore Relawan

4 menit membaca

“Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk” ~ Tan Malaka

Sebuah kalimat hebat yang tercetak di spanduk panjang aula Sekolah Raya meyambut kami dengan pukaunya. Kalimat yang mungkin menjadi pengingat bagi kami para relawan untuk tidak lelah ‘terbentur’. Semua pegiat komunitas sosial tentu merasakan hal yang sama, bagaimana perjalanan mereka tak bisa lancar dan lurus saja. Lebih sering ada kelokan-kelokan tajam, jalan yang naik dan tiba-tiba turun serta kerikil dan bebatuan. Apalagi dengan semangat, sebuah kata yang konsistensinya -bagi saya seorang relawan yang tergolong baru- belum bisa bulat.

Selamat Datang Para Relawan
Selamat Datang Para Relawan

Mewakili Krucil Buku Berkaki kali ini kami berdua (Saya dan Icha) diberi kesempatan untuk meng-godhok diri. Sekolah Raya mengadakan Jambore Relawan sebagai ajang pengkayaan dan pembekalan  bagi relawan dari seluruh komunitas di Indonesia. Selama dua hari berturut-turut, kami mendapatkan kesempatan untuk menggali ilmu dari para pemateri-pemateri  hebat seperti Kak Ahmad Fuadi (penulis Trilogi Negeri 5 Menara) tentang menulis untuk menyebarkan kebaikan. Menurut Kak Fuadi, seorang relawan berada di sumber cerita yang bisa mengetuk hati kemanusian. Tugas itulah yang selanjutnya harus digenggam. Dengan menulis, relawan bisa melontarkan kisah dengan kekuatan yang bahkan lebih tajam dari peluru.

Krucil Buki Berpose dengan Kak A Fuadi
Krucil Buki Berpose dengan Kak A Fuadi

Sesi inspiratif selanjutnya dibawakan oleh Om Farhan sebagai pemerhati pendidikan. Menurut beliau, pendidikan bukan sesuatu yang membuat kita menjadi orang berilmu, tapi menjadi pribadi yang terus mencari jawaban. Kami juga dikenalkan lebih dekat dengan Sekolah Raya oleh Kak Agustian yang merupakan founder. Menjelang sore hari, datanglah Kak Gumanti dari Penerbit Ufuk serta Kan Fauzan Mukrim dari CNN sekaligus penulis Novel River’s Note yang bercerita bahwa menulis itu mudah. Bahan tulisan bahkan bisa diambil dari buku diary kita sebagai seorang relawan. Hal yang saya catat dari beliau, kita harus menulis karena menulis adalah cara terbaik untuk merekam ingatan karena memori kita terbatas.

Inspirasi berlanjut pada malam harinya. Kali ini giliran Kak Indah Yulianti dari Mom’s Blogger yang mengajarkan kami jenis-jenis blog dan cara menjaga konsistensi menulis. Malam makin larut, tapi semangat kami tidak juga surut dengan datangnya Kak Yoseph dari Tempo yang berbagi mengenai tips-tips menulis jitu. Dari beliau kami dikenalkan tentang feature, jenis tulisan yang perlu dikuasai seorang relawan untuk bisa menyentuh publik lebih luas. Beliau juga mengajarkan kami bagaimana membuat Lead (teras berita) yang menggigit.

Kak Yoseph dalam 'Lead and Feature'
Kak Yoseph dalam ‘Lead and Feature’

Baca juga:
Catatan Sebuah Perjalanan: Antrean Perpustakaan
Simple But Sweet
Bertabur Cinta di Hari Kasih Sayang

Hari kedua kami ditemani Kak Heni untuk menerapkan apa yang kami dapat di hari pertama. Di kesempatan inilah Krucil Buku Berkaki bisa bertukar pikiran dengan sesama komunitas yang bergerak di bidang literasi. Di sini kami saling berbagi masalah dan mendiskusikan pemecahannya. Dalam ajang ini, kami juga melukiskan cita-cita dalam bentuk roadmap untuk Buku Berkaki setahun kedepannya.

Berdiskusi dengan Para Penggerak Literasi
Berdiskusi dengan Para Penggerak Literasi

Krucil Buku Berkaki mengucapkan terimakasih untuk Sekolah Raya telah menginisiasi Jambore Relawan yang luar biasa. Semoga apa yang diperoleh bisa menjadi bekal untuk terus memberi manfaat yang lebih baik bagi lingkungan sekitar.

Yulaika Widhiastuti

Pengurus Buki yang bertugas menyusun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan Buki, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Cerita Sebelumnya

Mengintip Senyum Kecil di Penjaringan

Cerita Berikutnya

Berbagi Kasih Natal Lewat YOTShare

Terbaru dari Blog

#RabuBacaBuku: Na Willa

Siapa bilang kalau cerita anak hanya bisa dinikmati oleh para anak kecil? Mengambil latar belakang Surabaya